Keberagaman kehidupan beragama
dalam masyarakat akan menjadi sebuah keuntungan, atau malah menjadi bumerang
yang akan menghancurkan suatu bangsa itu sendiri. Akan menjadi keuntungan
ketika dibina dan diarahkan secara tepat, karena dapat menjadi kekuatan dalam
menjalankan pembangunan bangsa dan negara. Menjadi kerugian ketika tidak bisa
diatur dan dikelola dengan baik, karena akan timbul suatu persaingan bahkan
pertentangan antar umat beragama. Pertentangan yang terjadi akan menyebabkan
pertikaian mulai dari percekcokan, olok-olok, bahkan perkelahian yang akan
membuat bangsa ini kocar-kacir. Tragedi
Poso yang terjadi pada tahun 1998 merupakan contoh konflik yang disebabkan
adanya sintimen keagamaan yang melatarbelakangi pemilihan bupati pada bulan
Desember di tahun tersebut.
Selain karena kecemburuan
keagamaan, perpecahan juga disebabkan oleh ketidaknyamanan kaum mayoritas
dengan adanya kaum minoritas yang berbeda dengan mereka. Sehingga kaum
mayoritas merasa risih dan ingin menyingkirkan
kaum minor. Sehingga muncul fitnah-fitnah yang memberatkan kaum minoritas. Dalam kehidupan beragama Islam, kaum mayoritas menganggap kaum minoritas itu sesat karena tidak sesuai atau tidak sama dengan apa yang kaum mayoritas lakukan. Kebencian-kebencian kaum mayoritas bukan hanya sekedar kebencian. Mereka yang merasa tidak sesuai dengan kaum minoritas selalu menggunjing bahkan mengganggu kehidupan kaum minoritas. Sehingga membuat kaum minoritas
merasa tertekan.kaum minor. Sehingga muncul fitnah-fitnah yang memberatkan kaum minoritas. Dalam kehidupan beragama Islam, kaum mayoritas menganggap kaum minoritas itu sesat karena tidak sesuai atau tidak sama dengan apa yang kaum mayoritas lakukan. Kebencian-kebencian kaum mayoritas bukan hanya sekedar kebencian. Mereka yang merasa tidak sesuai dengan kaum minoritas selalu menggunjing bahkan mengganggu kehidupan kaum minoritas. Sehingga membuat kaum minoritas
Kaum mayoritas sepertinya merasa
kurang puas jika hanya mengganggu kaum minoritas. Kekerasan pun muncul untuk
memenuhi hati busuk mereka. Seperti yang terjadi di Sampang, Madura, 26 Agustus
2012. Para anak-anak warga syi’ah pada hari itu berencana untuk pergi keluar
desa bersama orang tua mereka. Diantaranya ada yang akan melanjutkan studi dan
ada yang berkunjung kerumah sanak familidi luar desa. Ketika para rombongan
menaiki kendaraan yang mereka sewa, tiba-tiba puluhan lelaki dewasa yang
bersenjata tajam menghadang para warga dan melarang mereka agar tidak
meninggalkan desa pada hari itu. Bahkan para lelaki non syi’ah tersebut
mengancam akan membakar mobil yang mereka tumpangi.
Begitu kejamnya yang kaum
mayoritas lakukan, sepertinya prikemanusiaan memang sudah tidak ada lagi di dalam
hati dan fikiran mereka. Tidak seharusnya kaum minoritas diperlakukan
semena-mena karena sebenarnya mereka memang tidak mempunyai salah sedikit pun.
Mereka hanya menjalankan apa yang mereka percayai. Sejak kecil mereka diajari
untuk mempercayai dan menyembah Yang Maha Kuasa dengan cara mereka sendiri.
Tidak ada salahnya mereka berbeda. Kaum mayoritas yang membenci mereka saja
juga melakukan apa yang diajarkan orang tuanya. Tidak ada bedanya kaum
mayoritas dan minoritas. Hanya saja jumlah kaum minoritas lebih sedikit.
Kembali ke pengertian awal,
beragama adalah menjadikan suatu ajaran agama sebagai jalan dan pedoman hidup
berdasarkan keyakinan bahwa jalan tersebut adalah jalan yang benar. Karena
bersumber dari keyakinan diri, maka yang paling menentukan keberagamaan
seseorang adalah hati nurani. Oleh karena itu agama adalah urusan paling
pribadi. Disini pihak mayoritas tidak mempunyai hak untuk campur tangan dengan
masalah agama yang diyakini oleh kaum minoritas. Kebebasan beragama juga sudah
diatur dalam undang-undang dasar 1945, yaitu dalam pasal 29 ayat 2. Jadi, kaum
minoritas juga mempunyai hak untuk memeluk agama sesuai dengan keyakinan
mereka.
Personil kaum mayoritas kebanyakan
hanya ikut-ikutan saja membenci kaum minoritas karena mereka tidak mau
dikucilkan dan dianggap berbeda. Mereka merupakan orang-orang yang munafik dan
malu menunjukkan diri mereka sebenarnya. Mereka hanya bisa bersembunyi dan
ikut-ikut menghujat kaum yang seharusnya dibela dan dilindungi. Sepertinya
pengertian tentang toleransi yang sejak sekolah dasar diajarkan sudah mereka
pendam dalam-dalam. Mereka lebih mengedepankan gengsi dan ego. Mereka tidak
memikirkan apa yang terjadi dan menimpa saudara-saudaranya.
Negara yang disebut sebagai
pemerintah pun sepertinya tidak bisa menjadi tali pertolongan untuk menarik
keluar masalah yang sedang membelenggu ini. Mereka cenderung melakukan
pembiaran dan menganggap masalah ini hanya sebagai persoalan yang sudah biasa
terjadi. Seperti yang terjadi pada syi’ah Sampang, Madura. Pemerintah baru
turun tangan ketika masalah sudah terjadi. Bahkan untuk menyelesaikan masalah
menimbulkan masalah baru yang tentunya merugikan kaum syi’ah. Pemerintah merelokasi kaum
syi’ah ke tempat yang jauh dari daerah asal mereka. Hal itu menyebabkan mereka
jauh dari saudara. Selain itu mereka tidak bisa melakukan pekerjaan yang biasa
dilakukan, yaitu berkebun karena tempat yang tidak mendukung.
Toleransi beragama kelihatannya
memang sudah mati di negeri ini. Negeri yang selalu menjunjung tinggi toleransi
beragama dan kepercayaan, bahkan sudah diatur oleh konstitusi. Semuanya dirusak
oleh orang-orang yang menggemari kekerasan. Ironinya, kekerasan yang terjadi
kebanyakan mempunyai latar belakang keagamaan. Perbedaan keyakinan dalam
beragama sekarang lebih sering digunakan sebagai alasan untuk menyalakan obor
permusuhan yang menyebabkan perpecahan persaudaraan yang telah dipelihara
selama puluhan tahun ini. Sebagian besar publik hanya diam saja dan melihat
serta mengikuti segala perkembangannya. Tetapi tidak ada sedikit pun tindakan
untuk menolak atau mengurangi kerusuhan yang terjadi. Mereka hanya melakukan
banyak pembicaraan tidak berguna di belakang.
Negeri
ini apakah selamanya akan selamanya akan tetap seperti ini? Kalau memang
seperti itu negeri ini tidak lama lagi akan mengalami kehancuran. Melihat
semakin bertambahnya konflik-konflik yang berkedok dan mengatasnamakan agama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar